Sahabat, cobalah lihat ….
Lihatlah rona muka mereka yang selalu segar
dan penuh sinar
Sahabat, cobalah tatap ……
Tataplah pada
gaun yang putih lagi bersih Berbalut sutra dan wangi percikan parfum Jerman
Lihatlah pada kemilau …..
Kilatan biru Dr Marten, Yang menginjak permadani, Dalam racik
Giovanni
Digenggamnya Alkitab, Pada sisi kanan jasad
Dengan tangan yang halus dan penuh hikmat,
ditentengnya Alkitab
Menyusuri tapak demi tapak
Meniti jalan hingga bebatuan
Dan berkumpul pada sebuah misa
Lantunkan pujian bagi para dewa
Jasad yang tegak berdiri menancap bumi
Bersimbah kukuh dan harap peluh
Berteman kesegaran Edenia
Terus berteriak lantang
Untuk keagungan sang penebus dosa
 |
| Manjaga Silaturrahim, Muhammadiyah Samarinda mengunjungi Walikota Samarinda |
|
Larut dalam melodi
Hanyut dalam simponi
Sejuk dalam harmoni
Ketukan Bethoven yang membuka hari, Penuh
kesahajaan, Lekat dalam kecintaan, Pada grafiti dan lukisan Pada ciptaan yang dianggapnya:
tuhan
Diiringi Cerita hebat sang pendeta, Yang
berteriak dahsyat dari singgasana, Putar balikkan fakta turutkan nafsunya
Orasikan ayat-ayat yang baru saja
diciptanya, Hingga berguguran bulu-bulu burung gereja
Hingga berguncang seluruh jiwa
Hingga tumbang oaks di tepi sahara
Membahana pada tiap lekuk dunia
Sedangkan kita.
Tanpa peduli pada tubuh yang belum sempat
kita basuh
Tanpa peduli pada hati yang belum sempat
kita sentuh
Tanpa peduli pada tahmid yang mestinya
menyapa subuh
Kita raih secarik sarung lusuh
Mulai beranjak pada air wudu
Dalam ketergesaan yang memburu
Karena ikamah telah berkumandang menembus
kalbu
Saat kemudian sang imam melantunkan
indahnya surah Ar-Rahmaan
pada rakaat yang penghabisan
Begitu sejuk……Begitu damai…..Begitu mesra…..Begitu
cinta….
Begitu iba……Dan begitu khusyuknya kita
Nikmati air liur yang kembali kita sembur
Lanjutkan indahnya kembang tidur
Oh indahnya subuh… Yang selalu dihiasi
wewangian Aroma petai jengkol dan juga bakwan
Oh indahnya subuh…
Yang selalu diliputi cerita imam dan makmum
yang mendengkur
Dan Alquran yang begitu mulia……Terus
menangis terhimpit luka
Mushaf suci itu berdiri rapi pada rak almari…Tanpa pernah disentuh sama
sekali….
Mushaf suci itu hilang seinci demi seinci…..Tanpa pernah dicari ke mana
lembar itu pergi
Dan Alquran yang begitu mulia…..Terus
merintih tertimbun nestapa
Mushaf suci itu menjadi isi tas gelap dan kusam……Tertindih sapu tangan dan kaus kaki
Mushaf suci itu hampir kehilangan bentuknya…..Tertumpah aqua dan
tergores pena
 |
| Makam KH. Ahmad Dahlan, sosok pendiri Muhammadiyah |
|
Mushaf suci itu hampir kehilangan
kesuciannya …berteman buku dan majalah penuh cerita nista
Dan…Alquran yang begitu mulia …. Terus meratap terkubur lara.
Mushaf suci itu hampir tiada kelihatan
Karena ……..bersembunyi di balik punggung
Mushaf suci itu hampir tiada tertampakkan
Karena …….berdiri di balik sarung legam
Seekor keledai….
Terus membawa kitab tebal itu kesana kemari
……berhias peluh dan daki
Seekor keledai ……
Ternyata tak jua mampu pahami arti…… Meski
dikaruniai akal …...
Tetap saja menjadi baghal yang begitu bebal
Sahabat ……
Kita bukan tidak mengerti…… Kita bukan
tidak pahami
Tapi …… karena memang cinta kita untuk-Nya……Begitu
apa adanya…… Dan tak ada apa-apanya……
Dibanding apa-apa yang ada pada diri kita
Kita mengaku menyukai-Nya ….
Tapi … kita lebih suka dengan apa yang
dibenci-Nya
Kita mengaku mencintai-Nya
Tapi ….. kita lebih suka dengan apa yang dijauhi-Nya
Cinta kita begitu sederhana
Tapi ….. kita terus panjatkan dengan pinta
Kasih kita tidak ada apa-apanya
Tapi ….. kita terus pintakan keindahan surga-Nya
Kita bukan tidak tahu…Cara terbaik
mencintai-Nya
Kita bukan tidak tahu……Kiat terbaik
membahagiakan-Nya
Tapi …. Kita memang enggan melakukannya
Karena………Begitu cintanya kita pada dunia
Karena……….Kita tak ingin kematian itu
menghampiri kita
RENUNGKANLAH WAHAI SAHABAT …………